Al-Kharki benama legkap Abu Bakar Muhammad bin Husein Al-Hisab al-Kharki. Menurut para sejarawan ia dilahirkan di Karkh, sebuah daerah pinggiran kota Baghdad. Namun ada juga yang bependapat bahwa ia dilahirkan di Karaj, suatu daerah di Jabal, bagian selatan Laut Kspia, Iran. Al-Kharki terkenal sebagai ahli matematika, aritmatika, aljabar, dan geometri.
Beberapa karya Al-Kharki yang paling orisinil dibidang matematika antara laib "Syarh al-Kafi fi al-Hisab". Karya ini telah dikaji secara mendalam oleh seorang sarjana Jerman, A. Hocheim pada tahun 1877-1880. Karyanya yang lain adalah "al-Fakhri fi al-Jabar wa al-Muqabalah" yang dihadiahkan kepada Fakhr Al-Daulah, mendapat perhatian serius dari W. Wopcke, darjana Prancis yagn menganalisa karya tersebut didalam bukunya ”Extraits on Fakri, Traite d' Algebre" yang ditulis pada tahun 1853 dan diterbitkan di Paris. Karya Al-Kharki lainnya adalah "Inbat al-Miyah al-Khafiyyah", sebuah buku fisika yagn telah diterbitkan di Hyderabad India tahun 1355, serta karyanya "al-Baq fi al-Hisab", yagn merupakan pengembangan dari "al-Fakhri fi al-Jabar wa al-Muqabalah".
Sebagai seorang matemtikus, ia menyumbangana sejumlah lambing dan rumus untuk bilangan pangkat 1, 2 dan 3 dari bilangan-bilangan alamiah (asli) n. Risalahnya tentang aljabar, kendatipun tetap menunjukkan adanya pengaruh dari Diophantus kadang-kadang dianggap sebagai karya aljabarik agung matematikus muslim. Teori bilangan dan aljabar yagn digarapnya pun cukup mendapat perhatian dan penghargaan. Untuk penyelesaian persamaan-persamaan kuadrat umpanya, Al-Kharki hidup sekitar awal abad ke-9, mampu mereduksi persamaan-persaman tipe ax2p + bxp = c, ke persamaan kuadrat. Ia juga menyelesaikan bentuk penambahan dan pengurangan semisal "8 + "18 = "50 dan 3"54 – 3"2 = 3"16.
Karya Al-Kharki antara lain berisi teori aljabar dasar sekaligus disertai penerapan pada persamaan-persamaan tertentu, khususnya pada soal-soal yang berkaitan degnan bilangan-bilangan rasional positif. Misalnya, untuk mendapatkan jumlah 2 bilangan berpangakat 3, yang berupa sebuah bilangan berpangkat 2, menghasilkan rumus aljabar x3 + y3 = z2. untuk menyelesaikan persaman bilangna rasional tersebut, maka diumpamakan: y = mx dan z = nx. Selanjutnya dengan mensubstituskan keduanya pada persamaan diatas, maka akan didapatkan: x3 + m3x3 = n2x2.
Disamping metode diatas, tersapat lagi suatu cara yang merupakan metode tertua untuk memperkirakan harga akar nyata sebuah persamaan berbentuk ax + b = 0. persamaan seperti ini sering disebut sebagai aturan posisi pulsa ganda (the rule of double false position)- atau dikalangna ilmuan muslim dikenal dengan nama hisab al-khatayn.ini dapat ditemukan pada karya Al-Khawarizmi. Dan kendatipun aturan ini tampaknya berasal dari India, namun ilmuan muslim yang memperkenalkan dan menyebarkannya pada sarjana-sarjana Eropa.
Melalui karya-karyanya, Al-Kharki telah memberikan sumbangan yang besar terhadap ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang matematika. Diantara sumbangannya yang tampak nyata adalah beberapa teori aljabar dasar dan penyerapannya pada pedoman-pedoman tertentu, khususnya pada soal-soal yang berhubungan dengna bilangan-bilangan rasional positif. Berbagai naskah Al-Kharki selanjutnya dikembangkan lagi oleh seorang Isaac Newton (ahli fisika dan matematika Inggris, 1642-1727) dalam bentuk Binonium Newton.
saya ingin tahu anggaran tarikh lahir, umur dan beliau wafat.
BalasHapus